BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Guru
mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang
pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4
menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru
wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki
dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang
direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar
mengajar.
Baca Selengkapnya....
Seorang guru senantiasa dihadapkan dengan siswa yang memiliki kemauan belajar yang berbeda. Terkadang guru menghadapi siswa yang kehilangan perhatian dan minat untuk belajar. Menghadapi siswa yang demikian, mau tak mau guru harus mampu mendorong mereka untuk tetap berusaha membaca bab buku tertentu, mengerjakan soal dan tugas, ataupun aktif bertanya ketika guru menjelaskan. Namun akan lebih baik lagi apabila siswa dengan sendirinya menyenangi kegiata belajar. Dengan begitu, mereka dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, aktif dalam bertanya dan menyampaikan pendapat dalam diskusi kelas. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari pentingnya belajar untuk hari depan atau masa depannya kelak. Namun tidak semua siswa memiliki kesadaran akan pentingnya belajar.
Baca Selengkapnya....
Seorang guru senantiasa dihadapkan dengan siswa yang memiliki kemauan belajar yang berbeda. Terkadang guru menghadapi siswa yang kehilangan perhatian dan minat untuk belajar. Menghadapi siswa yang demikian, mau tak mau guru harus mampu mendorong mereka untuk tetap berusaha membaca bab buku tertentu, mengerjakan soal dan tugas, ataupun aktif bertanya ketika guru menjelaskan. Namun akan lebih baik lagi apabila siswa dengan sendirinya menyenangi kegiata belajar. Dengan begitu, mereka dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, aktif dalam bertanya dan menyampaikan pendapat dalam diskusi kelas. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari pentingnya belajar untuk hari depan atau masa depannya kelak. Namun tidak semua siswa memiliki kesadaran akan pentingnya belajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Kompetensi?
2. Bagaimana Menguasai Materi,
Stuktur, Konsep Dan Pola Pikir Keilmuan?
3. Apa Pengertian Motivasi?
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar?
5. Macam-macam Motivasi?
BAB
II
PEMABAHASAN
A. Pengertian Kompetensi
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan sesuatu) , kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa
secara abstrak atau baikiniah.[1]
Guru
mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang
pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4
menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru
wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat
(10), kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.[2]
Seorang
guru profesional harus merasa bahwa dirinya “pemilik risalah” dan dia harus
menyadari dengan kemuliaannya serta mengamani urgensinya, disamping itu, ia
tidak kikir untuk menyampaikan kebaikan dan tidak memandang remeh hal-hal yang
bisa menghalangi risalahnya, sungguh kemuliaan seorang guru disebabkan karena
tugas-tugasnya pandangan yang kontinu terhadap risalahnya, pembelaannya
terhadap risalahnya, pembelaannya tehadap kebenaran, seruannya untuk menjaga
kesucian jiwa dalam hidup, menyucikan hati dari kejahatan dan menjaga kemuliaan
misi pendidikan dan membelanya.[3]
Kata
kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan. Kata ini sekarang
menjadi kunci dalam dunia pendidikan. Makna penting kompetensi dalam
dunia pendidikan didasarkan atas pertimbangan rasional bahwasanya proses
pembelajaran merupakan proses yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang
saling berkaitan dan mempengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran.[4] Jika kita melakukan
interpretasi ulang dalam konteks realiotas sekarang, maka akan kita temukan
bahwasanya guru yang ideal adalah guru yang melaksanakan tugasnya dengan
profesional. Guru profesional senantiasa berusaha secara maksimal untuk
menjalankan tugasnya dengan baik. Kata profesional menunjukkan bahwa guru
adalah sebuah profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan
baik. Dengan demikian, ia akan disebut sebagai guru yang profesional.[5]
Sepuluh
kemampuan dasar guru yang harus dimiliki agar supaya lebih jelas apa yang
dimesti diusahakan/dikerjakan oleh guru dalam meneliti dan mengembangkan
karirnya dia:
1.
Guru
dituntut menguasai bahan ajar
Menguasai
bahan memiki dua hal: pertama, menguasai bahan bersifat formal, yaitu
menguasai bahan dalam buku pokok/paduan. Kedua, menguasai bahan bersifat
pengayaan, yaitu penguasaan bahan dari beberapa ilmu lain yang memiliki
relevasi dengan materi pokok dalam silabus.
2.
Guru mampu
pengolaan program belajar mengajar.
Pengolaan
belajar mengajar lebih menekan pada kemampuan-kemampuan guru dalam menyusun
perencanaan dalam pembelajaran seperti: menyusun program semesteran, program tahunan,
SKBM, rencana pembalajaran.
3.
Kemampuan
pengolaan kelas.
Kemampuan
pengolaan kelas lebih bermakna kemampuan guru dalam mewujudkan ketenangan dalam
kelas dalam proses pembelajaran. Kerawanan dalam pengolaan kelas, kerawanan
penertipan kelas dan kawanan semangat belajar disebabkan oleh faktor, salah
satu faktor penting mutu pembelajaran guru yang rendah.
4.
Guru mampu
menggunakan media dan sumber pengajaran.
Media
pengajaran adalah alat penyalur pesan pengajaran, baik langsung maupun tidak
langsung, media dan sumber pengajaran 2 jenis, alat pengajaran dan alat peraga.
Alat pengajaran adalah segala saran yang dapat digunakan semua bidang mata
pelajaran seperti: televisi dan lain-lain, sedangkan alat peraga adalah sarana
yang berfungsi khusus untuk mempercepat pemahaman materi salah satu sub pokok
bahan.
5.
Guru
menguasai landasan-landasan kependidikan.
Landasan-landasan
kependidikan adalah sejumlah asumsi atau persepsi guru terhadap beberapa eleman
dan realitas dalam pembelajaran.
6.
Guru mampu
mengelola interaksi belajar mengajar.
Kemampuan
mengelola interaksi belajar mengajar lebih menitik beratkan pada kemampuan guru
dalam menyampaikan materi yang dapat dipahami siswa.
7.
Guru mampu
menilai prestasi belajar siswa untuk kepantingan pengajaran.
Secara umum
yang harus dipahami guru bahwa penilaian jangan sampai dijadikan sarana untuk
melakukan intimidasi terhadap murid, sehingga penilaian/evaluasi cenderung
membuat rasa cemas siswa. Dilihat dari fungsi fungsional, penilain pengajaran
tersebut merupakan bagian integral dari sistem sekolah.
8.
Guru
mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
Guru
diharuskan memiliki pemahaman atau penafsiran tentang makna bimbingan dan
penyuluhan dalam konteks pembelajaran.
9.
Guru
mengenal dan mampu menyelenggarakan administ pengajaran.
Peran serta
guru dalam kegiatan administrasi sekolah, hendaknya mencakup pengertian
administrasi dalam arti luas dan dalam arti sempit.
10. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian
pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk
kepentingan penajaran.[6]
B. MENGUASAI MATERI, STUKTUR, KONSEP DAN POLA
PIKIR KEILMUAN
Sebelum
kita membahas tentang menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir
terlebih dahulu kita mengetahui pengertiannya menurut kamus besar bahas Indonesia.
Menguasai adalah berkuasa atas (sesuatu) meregang kekuasaan atas (sesuatau),
mengenakan kuasa (pengaruh dan sebagainya) atas; dapat mengatasi keadaan;
mengurus, menahan, mengendalikan, mampu sekali dalam bidang ilmu.[7] Materi adalah benda,
bahan, segala sesuatu yang tampak, sesuatu yang menjadi bahan (untuk diujikan,
dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dan sebagainya).[8] Struktur adalah cara
sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan, yang disususn dengan pola
tertentu, pengaturan unsur atau bagaian suatu benda, ketentuan unsur-unsur dari
suatu benda, pengaturan pola dalam bahasa secara stagmatis.[9] Konsep adalah rancangan
atau ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran
mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang diinginkan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Pola pikir adalah kerangka
berpikir. Keilmuan adalah barang apa berkenaan dengan pengetahuan, secara ilmu
pengetahuan. Karena itulah indikator tentang menguasai materi, struktur, konsep
dan pola pikir keilmuan dalam kompetensi profesional guru sangat dibutuhkan.
Konsepsi
pendidikan telah tumbuh dan berkembang sedemikian pesat dengan bentuk isi dan
penyelenggaraan program pendidikan beraneka ragam dari tingkat yang sederhana
sampai tingkat kompetensi.[10] Oleh karena itu dalam memulai sebuah
pelajaran terlebih dahulu guru harus mempunyai konsep tentang apa yang akan
diajarkan agar tidak terjadi kegiatan di luar apa yang akan diajarkan.
Sebelum
guru tampil didepan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih
dahulu harus menguasai materi yang akan dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan
apa yang akan mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal
penguasan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara
sistematis.
Selain
memahami pola siswa, para guru juga harus memahami materi agar pelajaran yang
mereka ajarkan dan mengetahui cara menyusun kurikulum berdasarkan kebutuhan
siswa dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan sekolah. ‘visi kurikulum’, yaitu
sesuatu yang mempertimbangkan tujuan pendidikan di alam demokrasi, sangat
diperlukan untuk menyerahkan pengambilan keputusan tentang apa yang akan
diajarkan dan mengapa diajarkan. Hal itulah yang akan membantu para guru dalam
memilih, mengadaptasi, dan mendesain materi dan pengajaran sehingga para guru
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.[11]
Menurut S.
Nasution, orang yang menguasainya bidang ilmu tertentu akan lebih sering
berfikir intuitif bila dibandingkan dengan orang yang tidak menguasainya.
Kemudian orang yang menguasainya struktur atau seluk beluk bidang ilmu
memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk berfikir intuitif (Janawi 2007:
90).
Bagi guru, akan mengandung dua
lingkup penguasaan materi, yakni:[12]
a)
Menguasai bahan bidang studi
dalam kurikulum sekolah.
b)
Menguasai bahan
pengayaan/penunjung bidang studi.
Beranjak
dari apa yang diungkapkan S. Nasution diaatas, dapat kita pahami bahwa proses
pembelajaran yang dikatakan baik, apabila seorang guru tidak cukup menguasai
materi saja, tetapi guru juga harus memahami struktur materi, konsep-konsep
yang dikembangkan materi tersebut, dan pola pikir keilmuannya.
Achmad
Badawi, mengatakan bahwa mengajar guru dikatakan berkualitas apabila seseorang guru
dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarnya. Kelakuan guru
tersebut diharapkan mencerminkan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar yang meliputi:
1.
Kemampuan dalam menyiapkan
pengajaran
2.
Kemampuan dalam melaksanakan
pengajaran
3.
Kemampuan
mngevaluasi/penilaian pengajaran.
Menguasai
materi berarti, guru memiliki kemampuan menguasai the body of material. Seorang
guru dikatakan menguasai bahan, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
adalah guru yang mengajar paling tidak memenuhi beberapa kriteria, yang mana
seperti yang diungkapkan menurut Achmad Badawi. Kemp menjelaskan bahwa
merencanakan pengajaran meliputi tujuh hal, yaitu:[13]
1.
Memenuhi
tujuan pengajaran, mengidentifikasikan topik-topik pengajaran dan menetapkan
tujuan umum setiap topik pengajaran.
2.
Mengenali
karakteristik peserta didik.
3.
Membuat
tujuan pengajaran menjadi spesifik dalam bentuk tingkah laku anak didik
sehingga memungkinkan untuk pengukuran secara langsung.
4.
Mengenai
subjek-subjek dan isi setiap materi sehingga mendukung pencapaian tujuan.
5.
Mengembangkan
alat ukur awal guna mengetahui latar belakang anak didik serta pengetahuannya
mengenai topik-topik yang diajarkan.
6.
Menyaring
kegiatan-kegiatan belajar mengajar beserta didik dapat mencapai tujuan.
7.
Mengerahkan
layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat, jadwal) dan mengembangkan
alat evaluasi belajar.
Struktur
yang dimaksudkan adalah pola umum pembelajaran. Konsep merupakan rancangan
persiapan mengajar dan juga dapat dipahami sebagai format pembelajara.
Sedangkan pola keilmuan adalah filosofi suatu pelajaran itu sendiri. Setiap
materi pembelajaran memiliki filosofi dan dituntut untuk menggunakan metodologi
tersendiri. Itulah sebabnya, kenapa dalam proses pembelajaran seorang guru harus
melakukan improvasasi,metode yang berbeda, dan pendekatan yang berbeda-beda.
Semua dilakuakan karena materi memiliki filosofi yang berbeda-beda, suasana
yang berbeda, tingkat kesiapan anak yang berbeda, dan lain-lain.[14]
C. Pengertian
Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar. Motivasi tidak saja berpengaruh terhadap hasil
belajar, tetapi juga terhadap proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi
belajar yang tinggi akan terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga mereka akan
terlibat aktif dalam pembelajaraan sehingga mereka akan mencapai hasil belajar
yang opimal. Demikian pula, siswa yang berhasil dalam belajar akan memiliki
motivasi yang tinggi untuk terlibat dalam proses belajar berikutnya.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran
perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai benuk tindakan atau
bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan , baik diakibakan
faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka
kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Menurut teori
Hull (1943), yaitu teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi
rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori
kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit,
melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku. Sedangkan
menurut Mc. Donald, ada tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu , yakni
motivasi itu mengalami terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya
feeling dan dirangsang karena adanya tujuan.
1. Peran
Guru Dalam Memotivasi Siswa
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah
berusaha membantu siswa menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai
aktualisasi diri yang maksimal. Ketika berada di ruang kelas guru memegang
peranan penting dalam memotivasi siswa. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan tujuan pribadi
siswa. Ini berarti guru dapat memberikan dukungan moral bagi siswa yang merasa
putus asa karena tuntutan dan hasil belajar yang mengecewakan. Ketika melihat
siswa yang bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, dan dapat
pula memberikan tantangan baru kepada siswa yang kelebihan energi. Guru harus
dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan yang sulit
agar siswa tidak menjadi bosan atau frustasi. Tugas seorang guru perlu di
lakukan secara professional, menggunakan segala pengetahuan, kepribadian dan
keterampilan professional untuk mempengaruhi dan mengarahkan siswa.
Melalui kegiatan pembelajaran guru dapat membantu
siswa mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, kemampuan akademis dan
rasa antusias untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya, dalam suasana kelas
yang member rasa aman kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengenal tingkat
kemampuan, minat dan latar belakang pengalaman siswa. Kemudian secara bertahap
memberikan tugas atau latihan yang akan memberikan pengalaman keberhasilan
kepada siswa sehingga mereka mampu berhasil dalam tugas pelajaran.
Mengingat variasi latar belakang siswa, pendekatan ini
tentunya merupakan pendekatan individual, yang akan menuntut tenaga dan
perhatian guru yang tidak sedikit, tetapi hasilnya dapat lebih
dipertanggungjawabkan dan berdampak jangka panjang dalam kehidupan siswa. Guru
memang harus mempertimbangkan dan menentukan apakah tugas guru / sekolah
semata-mata untuk membuat siswa menghafal pengetahuan atau keterampilan
melakukan sesuatu, ataukah lebih jauh lagi yaitu untuk menjadikan siswa sebagai
pribadi mandiri yang percaya diri dan mampu mengembangkan diri lebih lanjut.
Penekanan yang terfokus pada hasil belajar, atau nilai yang diperoleh siswa,
atau kemampuan akademis semata, dapat berakibat negatif pada pengembangan diri
secara total dan utuh.
D. Fungsi
Motivasi Dalam Belajar
Dalam belajar, motivasi sangat diperlukan. Hasil akan
menjadi optimal jika ada motivasi. Makin tepet motivasi diberikan, akan makin berhasil
pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Perlu ditegaskan , bahwa motivasi bertalian dengan
suatu tujuan. Ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.
Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain
kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi
dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar
itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa
sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
E. Macam-Macam
Motivasi
Berbicara tentang maca atau jenis motivasi ini dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif
yang aktif itu sangatlah bervariasi.
1. Motivasi
dilihat dari dasar pembentukannya.
a.
Motif-motif bawaan
b.
Motif-motif yang dipelajari.
2. Motivasi
jasmaniah dan rohaniah
3. Motivasi
intrinsik dan ekstrinsik
a.
Motivasi intrinsic
b.
Motivasi ekstrinsik
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata kompetensi
secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan. Kata ini sekarang menjadi
kunci dalam dunia pendidikan. Makna penting kompetensi dalam dunia
pendidikan didasarkan atas pertimbangan rasional bahwasanya proses pembelajaran
merupakan proses yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling
berkaitan dan mempengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran. Jika
kita melakukan interpretasi ulang dalam konteks realiotas sekarang, maka akan
kita temukan bahwasanya guru yang ideal adalah guru yang melaksanakan tugasnya
dengan profesional. Guru profesional senantiasa berusaha secara maksimal untuk
menjalankan tugasnya dengan baik. Kata profesional menunjukkan bahwa guru
adalah sebuah profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan
baik. Dengan demikian, ia akan disebut sebagai guru yang profesional.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran
perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau
bantuan kepada siswa dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat
dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar
yang memadai akan mendorongsiswa berperilaku aktif untuk beeprestasi dalam
kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negative
terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
B. Saran
Saya mengharapkan agar makalah ini dapat dibaca dan
dipahami serta bermanfaat bagi pembaca atau para pendidik dalam memotivasi para
siswanya agar tercapai suatu tujuan dari pendidikan yaitu menciptakan generasi
penerus bangsa yang berkualitas, yang mampu berpikir aktif dan kritis.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sadirman. Interaksi dan motivasi
belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
Darling, Dinda. Guru yang Baik di setiap Kelas. Jakarta: PT Indeks.
2009
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka. 2002
Janawi, Kompetensi citra guru professional. Sepintu Sedulang:
Shiddiq Press. 2007
Khalifah, Mahmud dan Usumah Quthub. Menjadi
Guru yang Dirindukan Bagaimana Menjadi Guru yang memikat dan professional. Surakarta:
Ziyad Visi Media. 2009
Kunandar. Guru Profesional Implimentasi
Kurikulum Tingkat saruan pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada. 2007
Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2009
A.M, Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Suparno, A.
Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) ,, hal.
584..
[3] Wara Susandi, Deddy, “Peningkatan Kompetensi Dan Kinerja Guru
Sekolah”, (online) avaible: http:// index.php.htm, diakses pada tanggal 20 April 2010
[4]
Naim,
Ngainun, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hal. 56.
[5]
Ibid, hal. 58.
[6]
Saekhan,
Muchith, Pembelajaran kontekstual, (Semarang: Rasail Media Grup, 2008),
hal. 153-156.
[7]
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Op. Cit., hal. 604.
[8]
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Op. Cit., hal. 723
[9]
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Op. Cit., hal. 10
[10]
Joesoef,
soelaiman, Konsep Dasar Pendidikan Luar sekolah, (Jakarta: Bumi Perkasa,
2008), hal. 1.
[11]
Darling,
Dinda, Guru yang Baik di setiap Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hal.
21.
[12] A.M, Sadirman, Interaksi
dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hal. 164.
[13] Darling, Dinda, Guru
yang Baik di setiap Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hal. 21.A.M,
Sadirman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), hal. 164.
No comments:
Post a Comment