pimpinan

pimpinan

Monday, November 25, 2013

Kompetensi dan Motivasi Guru

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar.

Baca Selengkapnya....
Seorang guru senantiasa dihadapkan dengan siswa yang memiliki kemauan belajar yang berbeda. Terkadang guru menghadapi siswa yang kehilangan perhatian dan minat untuk belajar. Menghadapi siswa yang demikian, mau tak mau guru harus mampu mendorong mereka untuk tetap berusaha membaca bab buku tertentu, mengerjakan soal dan tugas, ataupun aktif bertanya ketika guru menjelaskan. Namun akan lebih baik lagi apabila siswa dengan sendirinya menyenangi kegiata belajar. Dengan begitu, mereka dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, aktif dalam bertanya dan menyampaikan pendapat dalam diskusi kelas. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari pentingnya belajar untuk hari depan atau masa depannya kelak. Namun tidak semua siswa memiliki kesadaran akan pentingnya belajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kompetensi?
2.      Bagaimana Menguasai Materi, Stuktur, Konsep Dan Pola Pikir Keilmuan?
3.      Apa Pengertian Motivasi?
4.      Fungsi Motivasi dalam Belajar?
5.      Macam-macam Motivasi?


BAB II
PEMABAHASAN

A.    Pengertian Kompetensi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu) , kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau baikiniah.[1]
Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (10), kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.[2]
Seorang guru profesional harus merasa bahwa dirinya “pemilik risalah” dan dia harus menyadari dengan kemuliaannya serta mengamani urgensinya, disamping itu, ia tidak kikir untuk menyampaikan kebaikan dan tidak memandang remeh hal-hal yang bisa menghalangi risalahnya, sungguh kemuliaan seorang guru disebabkan karena tugas-tugasnya pandangan yang kontinu terhadap risalahnya, pembelaannya terhadap risalahnya, pembelaannya tehadap kebenaran, seruannya untuk menjaga kesucian jiwa dalam hidup, menyucikan hati dari kejahatan dan menjaga kemuliaan misi pendidikan dan membelanya.[3]
Kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan. Kata ini sekarang menjadi kunci dalam dunia pendidikan.  Makna penting kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan atas pertimbangan rasional bahwasanya proses pembelajaran merupakan proses yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling berkaitan dan mempengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran.[4] Jika kita melakukan interpretasi ulang dalam konteks realiotas sekarang, maka akan kita temukan bahwasanya guru yang ideal adalah guru yang melaksanakan tugasnya dengan profesional. Guru profesional senantiasa berusaha secara maksimal untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah sebuah profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan baik. Dengan demikian, ia akan disebut sebagai guru yang profesional.[5]
Sepuluh kemampuan dasar guru yang harus dimiliki agar supaya lebih jelas apa yang dimesti diusahakan/dikerjakan oleh guru dalam meneliti dan mengembangkan karirnya dia:
1.      Guru dituntut menguasai bahan ajar
Menguasai bahan memiki dua hal: pertama, menguasai bahan bersifat formal, yaitu menguasai bahan dalam buku pokok/paduan. Kedua, menguasai bahan bersifat pengayaan, yaitu penguasaan bahan dari beberapa ilmu lain yang memiliki relevasi dengan materi pokok dalam silabus.
2.      Guru mampu pengolaan program belajar mengajar.
Pengolaan belajar mengajar lebih menekan pada kemampuan-kemampuan guru dalam menyusun perencanaan dalam pembelajaran seperti: menyusun program semesteran, program tahunan, SKBM, rencana pembalajaran.
3.      Kemampuan pengolaan kelas.
Kemampuan pengolaan kelas lebih bermakna kemampuan guru dalam mewujudkan ketenangan dalam kelas dalam proses pembelajaran. Kerawanan dalam pengolaan kelas, kerawanan penertipan kelas dan kawanan semangat belajar disebabkan oleh faktor, salah satu faktor penting mutu pembelajaran guru yang rendah.
4.      Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
Media pengajaran adalah alat penyalur pesan pengajaran, baik langsung maupun tidak langsung, media dan sumber pengajaran 2 jenis, alat pengajaran dan alat peraga. Alat pengajaran adalah segala saran yang dapat digunakan semua bidang mata pelajaran seperti: televisi dan lain-lain, sedangkan alat peraga adalah sarana yang berfungsi khusus untuk mempercepat pemahaman materi salah satu sub pokok bahan.
5.      Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.
Landasan-landasan kependidikan adalah sejumlah asumsi atau persepsi guru terhadap beberapa eleman dan realitas dalam pembelajaran.
6.      Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar lebih menitik beratkan pada kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang dapat dipahami siswa.
7.      Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepantingan pengajaran. 
Secara umum yang harus dipahami guru bahwa penilaian jangan sampai dijadikan sarana untuk melakukan intimidasi terhadap murid, sehingga penilaian/evaluasi cenderung membuat rasa cemas siswa. Dilihat dari fungsi fungsional, penilain pengajaran tersebut merupakan bagian integral dari sistem sekolah.
8.      Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
Guru diharuskan memiliki pemahaman atau penafsiran tentang makna bimbingan dan penyuluhan dalam konteks pembelajaran.
9.      Guru mengenal dan mampu menyelenggarakan administ pengajaran.
Peran serta guru dalam kegiatan administrasi sekolah, hendaknya mencakup pengertian administrasi dalam arti luas dan dalam arti sempit.
10.  Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan penajaran.[6]


B.     MENGUASAI MATERI, STUKTUR, KONSEP DAN POLA PIKIR KEILMUAN
Sebelum kita membahas tentang menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir terlebih dahulu kita mengetahui pengertiannya menurut kamus besar bahas Indonesia. Menguasai adalah berkuasa atas (sesuatu) meregang kekuasaan atas (sesuatau), mengenakan kuasa (pengaruh dan sebagainya) atas; dapat mengatasi keadaan; mengurus, menahan, mengendalikan, mampu sekali dalam bidang ilmu.[7] Materi adalah benda, bahan, segala sesuatu yang tampak, sesuatu yang menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dan sebagainya).[8] Struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan, yang disususn dengan pola tertentu, pengaturan unsur atau bagaian suatu benda, ketentuan unsur-unsur dari suatu benda, pengaturan pola dalam bahasa secara stagmatis.[9] Konsep adalah rancangan atau ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa konkret, gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang diinginkan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Pola pikir adalah kerangka berpikir. Keilmuan adalah barang apa berkenaan dengan pengetahuan, secara ilmu pengetahuan. Karena itulah indikator tentang menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan dalam kompetensi profesional guru sangat dibutuhkan.
Konsepsi pendidikan telah tumbuh dan berkembang sedemikian pesat dengan bentuk isi dan penyelenggaraan program pendidikan beraneka ragam dari tingkat yang sederhana sampai tingkat kompetensi.[10] Oleh karena itu dalam memulai sebuah pelajaran terlebih dahulu guru harus mempunyai konsep tentang apa yang akan diajarkan agar tidak terjadi kegiatan di luar apa yang akan diajarkan.
Sebelum guru tampil didepan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus menguasai materi yang akan dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang akan mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara sistematis.
Selain memahami pola siswa, para guru juga harus memahami materi agar pelajaran yang mereka ajarkan dan mengetahui cara menyusun kurikulum berdasarkan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan sekolah. ‘visi kurikulum’, yaitu sesuatu yang mempertimbangkan tujuan pendidikan di alam demokrasi, sangat diperlukan untuk menyerahkan pengambilan keputusan tentang apa yang akan diajarkan dan mengapa diajarkan. Hal itulah yang akan membantu para guru dalam memilih, mengadaptasi, dan mendesain materi dan pengajaran sehingga para guru dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.[11]
Menurut S. Nasution, orang yang menguasainya bidang ilmu tertentu akan lebih sering berfikir intuitif bila dibandingkan dengan orang yang tidak menguasainya. Kemudian orang yang menguasainya struktur atau seluk beluk bidang ilmu memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk berfikir intuitif (Janawi 2007: 90).
Bagi guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:[12]
a)      Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
b)      Menguasai bahan pengayaan/penunjung bidang studi.
Beranjak dari apa yang diungkapkan S. Nasution diaatas, dapat kita pahami bahwa proses pembelajaran yang dikatakan baik, apabila seorang guru tidak cukup menguasai materi saja, tetapi guru juga harus memahami struktur materi, konsep-konsep yang dikembangkan materi tersebut, dan pola pikir keilmuannya.
Achmad  Badawi, mengatakan bahwa mengajar guru dikatakan berkualitas apabila seseorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarnya. Kelakuan guru tersebut diharapkan mencerminkan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang meliputi:
1.      Kemampuan dalam menyiapkan pengajaran
2.      Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran
3.      Kemampuan mngevaluasi/penilaian pengajaran.
Menguasai materi berarti, guru memiliki kemampuan menguasai the body of material. Seorang guru dikatakan menguasai bahan, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan adalah guru yang mengajar paling tidak memenuhi beberapa kriteria, yang mana seperti yang diungkapkan menurut Achmad Badawi. Kemp menjelaskan bahwa merencanakan pengajaran meliputi tujuh hal, yaitu:[13]
1.      Memenuhi tujuan pengajaran, mengidentifikasikan topik-topik pengajaran dan menetapkan tujuan umum setiap topik pengajaran.
2.      Mengenali karakteristik peserta didik.
3.      Membuat tujuan pengajaran menjadi spesifik dalam bentuk tingkah laku anak didik sehingga memungkinkan untuk pengukuran secara langsung.
4.      Mengenai subjek-subjek dan isi setiap materi sehingga mendukung pencapaian tujuan.
5.      Mengembangkan alat ukur awal guna mengetahui latar belakang anak didik serta pengetahuannya mengenai topik-topik yang diajarkan.
6.      Menyaring kegiatan-kegiatan belajar mengajar beserta didik dapat mencapai tujuan.
7.      Mengerahkan layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat, jadwal) dan mengembangkan alat evaluasi belajar.
Struktur yang dimaksudkan adalah pola umum pembelajaran. Konsep merupakan rancangan persiapan mengajar dan juga dapat dipahami sebagai format pembelajara. Sedangkan pola keilmuan adalah filosofi suatu pelajaran itu sendiri. Setiap materi pembelajaran memiliki filosofi dan dituntut untuk menggunakan metodologi tersendiri. Itulah sebabnya, kenapa dalam proses pembelajaran seorang guru harus melakukan improvasasi,metode yang berbeda, dan pendekatan yang berbeda-beda. Semua dilakuakan karena materi memiliki filosofi yang berbeda-beda, suasana yang berbeda, tingkat kesiapan anak yang berbeda, dan lain-lain.[14]

C.    Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Motivasi tidak saja berpengaruh terhadap hasil belajar, tetapi juga terhadap proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaraan sehingga mereka akan mencapai hasil belajar yang opimal. Demikian pula, siswa yang berhasil dalam belajar akan memiliki motivasi yang tinggi untuk terlibat dalam proses belajar berikutnya.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai benuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan , baik diakibakan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Menurut teori Hull (1943), yaitu teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku. Sedangkan menurut Mc. Donald, ada tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu , yakni motivasi itu mengalami terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling dan dirangsang karena adanya tujuan.
1.      Peran Guru Dalam Memotivasi Siswa
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah berusaha membantu siswa menggunakan seluruh potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal. Ketika berada di ruang kelas guru memegang peranan penting dalam memotivasi siswa. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru dapat memberikan dukungan moral bagi siswa yang merasa putus asa karena tuntutan dan hasil belajar yang mengecewakan. Ketika melihat siswa yang bosan, guru harus melaksanakan pembelajaran yang bervariasi, dan dapat pula memberikan tantangan baru kepada siswa yang kelebihan energi. Guru harus dapat membuat keseimbangan antara materi pelajaran yang mudah dan yang sulit agar siswa tidak menjadi bosan atau frustasi. Tugas seorang guru perlu di lakukan secara professional, menggunakan segala pengetahuan, kepribadian dan keterampilan professional untuk mempengaruhi dan mengarahkan siswa.
Melalui kegiatan pembelajaran guru dapat membantu siswa mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, kemampuan akademis dan rasa antusias untuk mengerjakan tugas-tugas selanjutnya, dalam suasana kelas yang member rasa aman kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengenal tingkat kemampuan, minat dan latar belakang pengalaman siswa. Kemudian secara bertahap memberikan tugas atau latihan yang akan memberikan pengalaman keberhasilan kepada siswa sehingga mereka mampu berhasil dalam tugas pelajaran.
Mengingat variasi latar belakang siswa, pendekatan ini tentunya merupakan pendekatan individual, yang akan menuntut tenaga dan perhatian guru yang tidak sedikit, tetapi hasilnya dapat lebih dipertanggungjawabkan dan berdampak jangka panjang dalam kehidupan siswa. Guru memang harus mempertimbangkan dan menentukan apakah tugas guru / sekolah semata-mata untuk membuat siswa menghafal pengetahuan atau keterampilan melakukan sesuatu, ataukah lebih jauh lagi yaitu untuk menjadikan siswa sebagai pribadi mandiri yang percaya diri dan mampu mengembangkan diri lebih lanjut. Penekanan yang terfokus pada hasil belajar, atau nilai yang diperoleh siswa, atau kemampuan akademis semata, dapat berakibat negatif pada pengembangan diri secara total dan utuh.
D.    Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dalam belajar, motivasi sangat diperlukan. Hasil akan menjadi optimal jika ada motivasi. Makin tepet motivasi diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Perlu ditegaskan , bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
E.     Macam-Macam Motivasi
Berbicara tentang maca atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangatlah bervariasi.
1.      Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
a.       Motif-motif bawaan
b.      Motif-motif yang dipelajari.
2.      Motivasi jasmaniah dan rohaniah
3.      Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a.       Motivasi intrinsic
b.      Motivasi ekstrinsik



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan. Kata ini sekarang menjadi kunci dalam dunia pendidikan.  Makna penting kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan atas pertimbangan rasional bahwasanya proses pembelajaran merupakan proses yang rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling berkaitan dan mempengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran. Jika kita melakukan interpretasi ulang dalam konteks realiotas sekarang, maka akan kita temukan bahwasanya guru yang ideal adalah guru yang melaksanakan tugasnya dengan profesional. Guru profesional senantiasa berusaha secara maksimal untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah sebuah profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan baik. Dengan demikian, ia akan disebut sebagai guru yang profesional.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorongsiswa berperilaku aktif untuk beeprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negative terhadap keefektifan usaha belajar siswa.

B.     Saran
Saya  mengharapkan agar makalah ini dapat dibaca dan dipahami serta bermanfaat bagi pembaca atau para pendidik dalam memotivasi para siswanya agar tercapai suatu tujuan dari pendidikan yaitu menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, yang mampu berpikir aktif dan kritis.



DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sadirman. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006

Darling, Dinda. Guru yang Baik di setiap Kelas. Jakarta: PT Indeks. 2009

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002

Janawi, Kompetensi citra guru professional. Sepintu Sedulang: Shiddiq Press. 2007

Khalifah, Mahmud dan Usumah Quthub. Menjadi Guru yang Dirindukan Bagaimana Menjadi Guru yang memikat dan professional. Surakarta: Ziyad Visi Media. 2009

Kunandar. Guru Profesional Implimentasi Kurikulum Tingkat saruan pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2007

Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009

A.M, Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suparno, A. Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.







[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) ,, hal. 584..
[2] Ibid, hal. 897
[3] Wara Susandi, Deddy, “Peningkatan Kompetensi Dan Kinerja Guru Sekolah”, (online) avaible: http://  index.php.htm, diakses pada tanggal 20 April 2010
[4] Naim, Ngainun, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 56.
[5] Ibid, hal. 58.
[6] Saekhan, Muchith, Pembelajaran kontekstual, (Semarang: Rasail Media Grup, 2008), hal. 153-156.
[7] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit., hal. 604.
[8] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit., hal. 723
[9] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit., hal. 10
[10] Joesoef, soelaiman, Konsep Dasar Pendidikan Luar sekolah, (Jakarta: Bumi Perkasa, 2008), hal. 1.
[11] Darling, Dinda, Guru yang Baik di setiap Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hal. 21.
[12] A.M, Sadirman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 164.
[13] Darling, Dinda, Guru yang Baik di setiap Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hal. 21.A.M, Sadirman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 164.
[14] Ibid, hal. 92.

No comments:

Post a Comment