A. Pengertian Motivasi
Menurut Sudirman (1992:73) Motivasi diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sanagt dirasakan
mendesak. Sedangkan menurut Natawijaya dan Moesa (1992:54) Motivasi adalah
suatu proses untuk menggiatkan motif atau motif-motif menjadi tindakan atau
perilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan.
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
tujuan dapat tercapai.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan
mentalnya.Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau
cita-cita.Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi.Ada ahli
psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorongterjadinya
belajar tersebut sebagai motivasi belajar.Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar.Dalam motivasi terkandung adanya pengarahan sikap dan perilaku belajar
individu.
Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam
motivasi belajar.Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan
belajar.
1.
Optimalisasi Penerapan Prinsip
Belajar
Dalam upaya
pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat
membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran disyaratkan
1.
Guru telah mempelajari bahan pelajaran,
2.
Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah,
sedang, dan sukar,
3.
Guru telah menguasai cara-cara mempelajari
bahan, dan
4.
Guru telah mempelajari sifat bahan tersebut.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip
belajar. Beberapa prinsip belajar tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Belajar menjadi bermakna bila
siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu, guru perlu menjelaskan tujuan
belajar hierarkis.
2.
Belajar menjadi bermakna bila
siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya, oleh karena itu
peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.
3.
Belajar menjadi bermakna bila guru
mampu memusatkan segala kemampuan mental
siswa dalam program kegiatan tertentu, oleh karena itu, disamping
mengajarkan bahan secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran
dalam pengajaran unit.
4.
Mengatur bahan dari yang paling sederhana
sampai paling menantang.
5.
Memberitahukan kriteria keberhasilan atau
kegagalan belajar siswa.
2.
Optimalisasi Unsur Dinamis
Belajar dan Pembelajaran
Seorang siswa akan
belajar dengan sutuh pribadinya. Perasaan kemaunan, pikiran, perhatian,
fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian
ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan lancer.Ketidaksejajaran tersebut
disebabkan oleh kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik turunnya energi
jiwa.
Guru adalah
pendidik dan sekaligis pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan
waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar.Oleh
karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasai unsur-unsur dinamis yang ada
dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut,
sebagai berikut:
1.
Pemberian kesempatan pada siswa
untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya.
2.
Memelihara minat, kemauan, dan
semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, betapa lambat gerak
belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong; dalam hal ini berlaku
semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”.
3.
Meminta kesempatan pada orangtua
siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri
dalam belajar.
4.
Memanfaatkan unsur-unsur
lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat kabar, dan tayangan televisi
yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agar dicegah.
5.
Menggunakan waktu secara tertib,
penguat dan suasana gembiraterpusat pada perilaku belajar; pada tingkat iniguru
memberlakukan upaya”belajar merupakan aktualisasi diri siswa”
6.
Guru merangsang siswa dengan
penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan
“pasti berhasil” sebagai ilustrasi, siswa dibebaskan rasa harga dirinya dengan
berbuat sampai berhasil.
3.
Optimalisasi Pemanfaatan
Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Perilaku belajar
siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Guru adalah
“penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu
memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa.Sebagai fasilitator belajar, guru
diharapkan memantau “tingkat kesukaran pemahaman belajar”, dan segera membantu
mengatasi kesukaran belajar.“Bantuan mengatasi kesukaran belajar” perlu
diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar
dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisai
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Siswa ditugasi membaca bahan
belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar, siswa mencatat hal-hal yang
sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru.
2.
Guru mempelajari hal-hal yang
sukar bagi siswa.
3.
Guru memecahkan hal-hal yang
sukar, dengan mencari “cara memecahkan”.
4.
Guru mengajarkan “cara memecahkan”
dan mendidikan keberanian mengatasi kesukaran.
5.
Guru mengajak serta siswa
mengalami dan mengatasi kesukaran.
6.
Guru memberi kesempatan kepada
siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan-rekannya yang
mengalami kesulitan
7.
Guru menghargai pengalaman dan
kemampuan siswa belajar secara mandiri. (Monks, 1989 : 293-305; Winkel, 1991 :
110-119; Joyce & Well, 1980 : 105-129 dan 147-163).