(Ahm). Dalam perjalanan sejarah umat
manusia kita mengenal banyak pemimpin besar yang diakui di dunia : Manes yang
menyatukan Mesir pada sekitar tahun 3000 SM; Musa yang memimpin eksodus besar –
besaran dari Mesir pada tahun 1500 SM dan Barack Obama yang menjadi
presiden Amerika Serikat pertama yang berkulit hitam yang terpilih di tahun
2009.
Terminologi ‘pemimpin’ bukanlah
sekedar pemimpin dalam arti memimpin suatu kegiatan,pemipin rumah tangga atau
pemipin rapat, melainkan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan, memimpin
sebuah komunitas, dan berhasil melakukan perbuatan besar.
Kepemimpinan juga tidak dapat
terlepas dari sifat alami manusia yang memiliki motivasi. Ada pemimpin yang
memiliki motivasi kekuasaan, pemberontak, dan kesempatan. Pemimpin adalah
person atau orang, sedangkan kepemimpinan adalah spirit atau semangat. Seorang
manusia dengan jiwa kepemimpian memiliki peluang untuk menjadi seorang
pemimpin. Namun, seseorang tanpa semangat kepemimpinan mungkin saja menjadi
pemimpin karena suatu kondisi yang terpaksa.
Penulis menyadari bahwa tidak ada
satu hal yang sempurna. Dalam proses penyusunan buku ini, mungkin terdapat
banyak kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja.Penulis berharap, melalui buku
in, para pembaca mendapat wawasan umum tentang kepemimpinan seta banyak contoh
model kepemimpinan. Setelah mendapat ide, pembaca diharapkan mampu
mengembangkan diri untuk siap menjadi pemimpin masa depan.
Hakikat Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki arti luas yaitu
meliputi ilmu tentang kepemimpinan, tekhnik kepemipinan, serta sejarah
kepemimpinan. Selengkapnya.....
Didalam bahasa Indonesia kata
‘pemimpin’ mempunyai banyak arti, misalnya pimpinan, ketua, atau komandan,
namuun, di dalam ‘leadrship’ harus
diartikan sebagai seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi dan
terlibat di dalamnya.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu
tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala
yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai
pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat
amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of
influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience,
confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara
royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Sosok Kepemimpinan Ideal Masa Depan
1. Diperlukannya
Sikap Tegas dan Bijaksana dari Para Pemimpin.
Pemimpin dan kepemimpinan selalu terkait erat dengan seni dan ilmu serta
pengalaman. Seorang pemimpin adalah "jiwa" bagi kelompok manusia yang
dipimpinnya. Karena itulah pada diri seorang pemimpin dituntut kemampuannya
untuk bisa mempengaruhi, meyakinkan, menyadarkan, mengajak, dan menggerakkan
orang-orang yang dipimpinnya, untuk melakukan dengan secara sadar dan ikhlas
serta penuh semangat dan kesungguhan, segala hal yang diperlukan bagi
tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Adapun cara seorang pemimpin
melakukan semua hal tersebut, tergantung dari seni dan ilmu serta pengalamannya
dalam memilih metoda yang dinilainya paling tepat, dengan mempertimbangkan
berbagai aspek menurut dimensi ruang, waktu dan kondisi lingkungan
yang-menyertainya.
Prinsip kepemimpinan yang paling utama adalah : Keteladanan, Pemberi
semangat, Pengayom, Tegas, dan Bijaksana. Untuk itulah diperlukan sikap
kepemimpinan dasar sebagai penunjangnya, seperti : Bertaqwa, Berani,
Mendahulukan mana yang lebih penting, Hemat, Sederhana, Terbuka, Waspada,
Loyal, dan Legawa. Serta didukung pula oleh berbagai sifat kepemimpinan yang
pokok, seperti : Berpengetahuan luas, Cerdas, Kreatif, Mampu mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat di segala situasi, Adil, Dapat dipercaya,
Tabah dan ulet, Optimistik, Ceria dan penuh semangat, Tidak mementingkan diri
sendiri, Juju, dan Mandiri. Sebagai sebuah seni, kepemimpinan harus bisa
diterapkan secara kenyal dan luwes oleh seorang pemimpin, pada tempat dan waktu
serta kondisi yang tepat, sebagaimana layaknya sifat matahari yang terkadang
panas menyengat dan di saat lain menghangatkan memberikan energi kehidupan.
Atau seperti bulan yang memancarkan sinar yang lembut, sejuk, dan teduh dalam
menerangi kegelapan tetapi menyimpan misteri. Atau seperti bintang yang menjadi
penunjuk arah bagi manusia dan penghias langit luas yang gelap gulita. Atau
bagaikan angin yang mengisi setiap ruang kosong, membawa kesejukan dan
kesegaran, walau kadang bisa berubah menjadi angin badai yang menakutkan. Atau
seperti awan yang yang kadang tampil seram menakutkan, dan di lain kali tampil
dengan ceria bersahabat menjadi sumber inspirasi. Atau laksana api yang panas
membakar tak kenal kompromi, tetapi terkadang menyala lembut mematangkan
masakan, dan menghangatkan tubuh di kala cuaca dingin. Atau bagaikan lautan
yang tenang dan dingin terhampar luas membuka hati, menampung apa saja yang
dialirkan oleh sungai, tetapi siap mengamuk dengan gelombangnya yang bergulung-gulung.
Atau seperti bumi yang kokoh sentosa tak banyak bicara, menghasilkan aneka
hasil bumi sumber kehidupan/tetapi tiba-tiba bisa menghadirkan gempa bumi,
letusan gunung, atau tanah longsor.
Diantara prinsip kepemimpinan yang paling utama tadi, ketegasan dan
kebijaksanaan merupakan prinsip yang paling fundamental. Dari keduanya mengalir
berbagai prinsip, sikap, dan sifat kepemimpinan yang dibutuhkan oleh setiap
pemimpin. Dan khususnya menghadapi kondisi multidimensi setiap pemimpin
hendaknya berpegang pada prinsip dasar yang paling fundamental ini, serta mampu
mengaplikasikannya secara berimbang. Ketegasan dan keberanian tanpa dilengkapi
kebijaksanaan dan pertimbangan, hanya akan menghasilkan kemenangan sesaat.
Sebaliknya kebijaksanaan dan pertimbangan tanpa diimbangi dengan ketegasan dan
keberanian, akan membuahkan sikap ragu-ragu dan tidak ada rasa percaya diri.
Dan bila dua hal seperti itu menghinggapi diri para pemimpin suatu bangsa, maka
masyarakat bangsa yang dipimpinnya, di satu sisi akan menjadi manusia-manusia
yang suka berbuat nekad tanpa perhitungan, dan di sisi lain akan menjadi
manusia-manusia yang rendah diri dan takut serta ragu menghadapi setiap
permasalahan dan tantangan. Yang menjadi sasaran utama adalah mengubah sistem
nasional suatu negara dan seluruh aspek kehidupan bangsanya, termasuk menyerang
sistem berfikir manusianya, terutama para pemimpin dan tokoh-tokohnya, serta
kalangan kaum intelektual dan insan media massanya. Oleh karena itulah, faktor
kepemimpinan dalam menghadapi era yang penuh tantangan multidimensi menjadi
begitu penting, karena hakikat pemimpin adalah "jiwa" atau
"run" bagi masyarakat bangsa yang dipimpinnya.
2. Peran
Kepemimpinan Masa Depan.
Strategi negara luar untuk menghancurkan negara-negara kecil, menembus sistem
nasional suatu negara serta sistem berfikir manusia-manusianya, terutama para
pemimpin, tokoh, kaum intelektual, dan insan media massa. Oleh karena itu di
era yang penuh tantangan dan ancaman dari strategi yang dilancarkan oleh
Kekuatan-kekuatan Besar Dunia, kita memerlukan sosok Pemimpin dan Kepemimpinan
yang berkemampuan, tegas, berani, bijaksana, penuh
pertimbangan, serta memiliki komitmen yang kuat terhadap masa depan NKRI.
Pemimpin dan Kepemimpinan dari tingkat Pusat hingga ke tingkat Daerah paling
bawah, haruslah orang-orang yang cerdas, kuat, berwibawa, memiliki leadership
yang mantap, memahami manajemen pemerintahan dan pembangunan, bisa dipercaya
(bersifat amanah), menjunjung tinggi norma hukum, budaya, dan agama, berakhlaq
mulia, komunikatif, akomodatif, dan responsif. Dalam menyikapi situasi dan
kondisi yang serba sulit hendaknya ia bisa bersikap luwes, dalam arti tetap
memegang semangat idealistik tetapi harus mampu bertindak realistik. Di satu
sisi ia harus mampu memanfaatkan situasi dan kondisi multidimensi ini bagi
sebesar-besarnya kepentingan nasional kita, dan di sisi lain harus pula mampu
menangkal berbagai ancaman maupun ekses yang berpotensi membahayakan
kepentingan nasional serta mengancam eksistensi dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara. Oleh karena itulah kita membutuhkan Pemimpin yang cerdas dalam arti
luas.
a.
Kepemimpinan yang cerdas secara intelektual, emosional, dan
spiritual.Cerdas secara intelektual artinya memiliki kemampuan akal dan olah
penalaran yang sehat dan rasional, dengan menggunakan instrumen logika akal
dalam mengolah fakta empirik, guna menghasilkan kebenaran dalam berfikir,
bersikap, dan bertindak. Sedangkan cerdas secara emosional artinya memiliki
kemampuan olah rasa, dengan menggunakan instrumen estetika hati nurani, guna
mendapatkan keindahan dan kesempurnaan dalam setiap sikap dan tindakannya.
Adapun cerdas secara spiritual artinya memiliki kemampuan olah jiwa dalam
berkehendak, dengan menggunakan instrumen etika jiwa yang bersih dan suci, guna
mendapatkan semangat dan kebaikan dalam melakukan setiap tindakan.
b.
Kepemimpinan yang Kuat dan
Berwibawa.Kuat bukan hanya dalam arti fisik dan mental, tetapi juga kuat dalam
memegang teguh cita-cita dan tujuan nasional. Juga kuat secara politis, dalam
arti memperoleh dukungan politik yang diperlukan untuk bisa menjalankan
kepemimpinannya secara wajar. Serta mendapatkan
pengakuan dari rakyat, dari kekuatan politik, maupun dari kalangan
internasional. Berwibawa sangat erat kaitannya dengan kepribadian dan akhlaq seseorang,
sikap dan penampilannya, serta pengalaman dan prestasinya dalam berjuang
mengabdikan diri kepada bangsa dan negara. Selain itu terkait pula dengan
kecerdasannya secara intelektual, emosional, dan spiritual, serta keluasan
jaringan kerjasamanya dalam lingkup nasional/ regional, dan internasional.
c. Kepemimpinan
yang Berkemampuan Memimpin. Berkemampuan memimpin artinya memiliki jiwa dan
pembawaan kepemimpinan yang kuat. la menguasai seni dan ilmu kepemimpinan, baik
atas dasar bakat pembawaan maupun atas dasar pengalaman dan proses pembelajaran
yang dilakukannya. la disegani oleh kawan, ditakuti oleh lawan, dan dicintai
oleh masyarakat yang dipimpinnya. Dengan kepemimpinan yang kuat, ia akan lebih
mudah mengajak, mengarahkan, dan menggerakkan rakyatnya untuk melakukan sesuatu
walaupun mungkin terasa pahit, bagi tercapainya dta-dta dan tujuan nasional
bangsa ini.
d.
Kepemimpinan yang Berkemampuan
Manajerial.Kemampuan manajerial adalah kemampuan merencanakan, menyiapkan,
mengatur, mengarahkan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi,
dan melakukan penyempurnaan. Seorang Pemimpin hendaknya benar-benar
menguasai Manajemen Pemerintahan
dan Manajemen Pembangunan. Tanpa penguasaan hi, ia akan sangat
tergantung kepada para pembantunya dalam setiap menetapkan kebijakan dan
mengambil keputusan. Atau cenderung melempar tanggungjawab kepada para
pembantunya manakala timbul suatu permasalahan.
e. Kepemimpinan
yang Terpercaya Mengemban Amanah Kepemimpinannya.Memimpin sebuah negara atau
wilayah tertentu atau institusi tertentu, pada hakikatnya adalah mengemban
amanah (kepercayaan). Oleh karena itu, seorang Pemimpin hendaknya senantiasa
konsekuen dan konsisten dalam menjalankan kepercayaan yang diamanahkan
kepadanya. Jangan sampai ia berkhianat dengan menyalahgunakan kewenangannya
atau cenderung berbuat sewenang-wenang. Ingatlah kultur dasar masyarakat kita
yang cenderung selalu patuh dan taat kepada Pemimpinnya, tetapi jika dikhianati
mereka akan dengan cepat berbalik menjadi melawan dan beringas menjurus ke
perbuatan anarkis.
f. Kepemimpinan
yang Memahami, Mencintai, dan Peduli kepada Bangsa dan NKRI.Pemimpin hendaknya
benar-benar memahami, menghayati, mencintai, serta peduli kepada bangsa dan
negara yang amat kompleks dan plural ini, berikut segala kelebihan dan
kekurangannya, keunggulan dan kelemahannya, dengan sesempurna-sempurnanya dan
setotal-totalnya. Sebagai pemimpin sebuah bangsa pejuang, ia harus memiliki
jiwa dan semangat perjuangan. la harus memahami benar sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, pengorbanan yang telah diberikan oleh para pahlawan kita, gigihnya
perjuangan dan pengabdian para pendahulu kita, sehingga dalam mengambil
keputusan strategik tidak mudah bertindak gegabah. Di sisi lain, iapun akan
lebih mudah mengajak dan membawa rakyatnya untuk mencintai dan peduli kepada
masa depan bangsa dan negara ini, serta bersama-sama berjuang mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasionalnya.
g.
Kepemimpinan yang menjunjung
tinggi norma hukum, norma budaya dan norma agama.Dalam suatu masyarakat bangsa
yang sedang dilanda krisis akhlaq, maka upaya untuk meluruskannya harus
dilakukan melalui tiga jalur secara silmultan : jalur hukum, jalur budaya, dan
jalur agama. Oleh karena itu, seorang Pemimpin pertama-tama harus menjunjung
tinggi ketiga jalur tersebut. Bukan hanya menjunjung tinggi sekedar dalam arti
memberikan apresiasi, tetapi juga menerapkan secara konsekuen ketiga jalur itu
dalam kehidupan pribadinya selaku Pemimpin. Serta berusaha menerapkannya dalam
bentuk kebijakan politik. Termasuk kebijakan dalam menghadapi tindak korupsi, kolusi,
manipulasi, mark up, nepotisme, pungli, suap, penyelundupan, pencurian ikan,
pembabatan hutan, penyimpangan pajak, perdagangan dan penyalahgunaan narkoba,
pemakaian miras, perdagangan wanita dan anak-anak, perjudian, komersialisasi
seks, serta pertunjukan pornografi dan pornoaksi maupun keterbukaan perilaku
seksual dan erotisme yang digelar dan ditayangkan di media massa. Dengan
demikian, rakyat akan lebih mudah diajak untuk mengormati serta mematuhi norma
hukum, budaya, dan agama.
h.
Kepemimpinan yang berbudi pekerti
luhur dan berakhlaq mulia.Memimpin suatu masyarakat bangsa yang sedang
mengalami krisis akhlaq dan budi pekerti, harus disikapi dengan upaya
membersihkan mereka dari akhlaq yang tercela, kemudian mengisinya dengan akhlaq
yang terpuji. Dan itu baru efektif jika Sang Pemimpin terlebih dulu terbebas
dari segala macam akhlaq dan perilaku yang tercela, dan tampil dengan akhlaq
dan perilaku yang terpuji. Dengan demikian segala instrumen aturan yang
mengarah ke sana akan lebih dipatuhi dan ditaati oleh rakyatnya.
i.
Kepemimpinan yang komunikatif,
empatif, aspiratif, akomodatif, dan responsif.Di era saat ini, diperlukan
Pemimpin yang lebih terbuka, lebih komunikatif dengan rakyatnya, mempunyai
sikap tenggang rasa (empatif) atas kesulitan yang dihadapi masyarakatnya, mau
menampung dan mempertimbangkan aspirasi mereka menurut sistem dan prosedur yang
berlaku, serta senantiasa peka dan tanggap terhadap berbagai peristiwa maupun
gelagat kejadian yang datang setiap waktu.
j.
Kepemimpinan yang tegas dan
bijaksana.Menghadapi berbagai ragam permasalahan dan tantangan serta ancaman di
era saat ini, dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang mampu bersikap tegas dan berani
bertindak secara proporsional, dalam arti selalu diselaraskan, diserasikan, dan
diseimbangkan dengan sikap bijaksana yang penuh dengan pertimbangan dari
berbagai aspek. Jika hanya sekedar berani dan tegas tanpa pertimbangan dan
kebijaksanaan, maka yang terjadi adalah kemenangan sesaat. Sedangkan jika hanya
sekedar bijaksana dan banyak pertimbangan tanpa disertai oleh sikap berani dan
tegas/maka yang terjadi adalah sikap ragu-ragu dan rendah diri serta tiadanya
rasa percaya diri, yang akan membawa kepada kekalahan sistematik
berkepanjangan, menjadi sasaran empuk yang dilancarkan oleh Kekuatan-kekuatan
Besar Dunia. Termasuk dalam pengertian ini adalah ketegasan dan
kebijaksanaannya dalam menangani masalah korupsi, kolusi, manipulasi, mark up,
nepotisme, pungli, suap, penyelundupan, pencurian ikan, pembabatan hutan,
penyimpangan pajak, perdagangan dan penyalahgunaan narkoba, pemakaian miras,
perdagangan wanita dan anak-anak, perjudian, komersialisasi seks, serta
pertunjukan pornografi dan pornoaksi maupun keterbukaan perilaku seksual dan
erotisme yang digelar dan ditayangkan di media massa.
No comments:
Post a Comment