pimpinan

pimpinan

Thursday, October 27, 2016

Paradigma Pemimpin Masa Depan

(Ahm). Dalam perjalanan sejarah  umat manusia kita mengenal banyak pemimpin besar yang diakui di dunia : Manes yang menyatukan Mesir pada sekitar tahun 3000 SM; Musa yang memimpin eksodus besar – besaran dari Mesir pada tahun 1500 SM  dan Barack Obama yang menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang berkulit hitam yang terpilih di tahun 2009.
Terminologi ‘pemimpin’ bukanlah sekedar pemimpin dalam arti memimpin suatu kegiatan,pemipin rumah tangga atau pemipin rapat, melainkan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan, memimpin sebuah komunitas, dan berhasil melakukan perbuatan besar.
Kepemimpinan juga tidak dapat terlepas dari sifat alami manusia yang memiliki motivasi. Ada pemimpin yang memiliki motivasi kekuasaan, pemberontak, dan kesempatan. Pemimpin adalah person atau orang, sedangkan kepemimpinan adalah spirit atau semangat. Seorang manusia dengan jiwa kepemimpian memiliki peluang untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, seseorang tanpa semangat kepemimpinan mungkin saja menjadi pemimpin karena suatu kondisi yang terpaksa.
Penulis menyadari bahwa tidak ada satu hal yang sempurna. Dalam proses penyusunan buku ini, mungkin terdapat banyak kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja.Penulis berharap, melalui buku in, para pembaca mendapat wawasan umum tentang kepemimpinan seta banyak contoh model kepemimpinan. Setelah mendapat ide, pembaca diharapkan mampu mengembangkan diri untuk siap menjadi pemimpin masa depan.
Hakikat Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki arti luas yaitu meliputi ilmu tentang kepemimpinan, tekhnik kepemipinan, serta sejarah kepemimpinan. Selengkapnya.....

Didalam bahasa Indonesia kata ‘pemimpin’ mempunyai banyak arti, misalnya pimpinan, ketua, atau komandan, namuun, di dalam ‘leadrship’ harus diartikan sebagai seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi dan terlibat di dalamnya.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Sosok Kepemimpinan Ideal Masa Depan
1.      Diperlukannya Sikap Tegas dan Bijaksana dari Para Pemimpin.
Pemimpin dan kepemimpinan selalu terkait erat dengan seni dan ilmu serta pengalaman. Seorang pemimpin adalah "jiwa" bagi kelompok manusia yang dipimpinnya. Karena itulah pada diri seorang pemimpin dituntut kemampuannya untuk bisa mempengaruhi, meyakinkan, menyadarkan, mengajak, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya, untuk melakukan dengan secara sadar dan ikhlas serta penuh semangat dan kesungguhan, segala hal yang diperlukan bagi tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Adapun cara seorang pemimpin melakukan semua hal tersebut, tergantung dari seni dan ilmu serta pengalamannya dalam memilih metoda yang dinilainya paling tepat, dengan mempertimbangkan berbagai aspek menurut dimensi ruang, waktu dan kondisi lingkungan yang-menyertainya.
Prinsip kepemimpinan yang paling utama adalah : Keteladanan, Pemberi semangat, Pengayom, Tegas, dan Bijaksana. Untuk itulah diperlukan sikap kepemimpinan dasar sebagai penunjangnya, seperti : Bertaqwa, Berani, Mendahulukan mana yang lebih penting, Hemat, Sederhana, Terbuka, Waspada, Loyal, dan Legawa. Serta didukung pula oleh berbagai sifat kepemimpinan yang pokok, seperti : Berpengetahuan luas, Cerdas, Kreatif, Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat di segala situasi, Adil, Dapat dipercaya, Tabah dan ulet, Optimistik, Ceria dan penuh semangat, Tidak mementingkan diri sendiri, Juju, dan Mandiri. Sebagai sebuah seni, kepemimpinan harus bisa diterapkan secara kenyal dan luwes oleh seorang pemimpin, pada tempat dan waktu serta kondisi yang tepat, sebagaimana layaknya sifat matahari yang terkadang panas menyengat dan di saat lain menghangatkan memberikan energi kehidupan. Atau seperti bulan yang memancarkan sinar yang lembut, sejuk, dan teduh dalam menerangi kegelapan tetapi menyimpan misteri. Atau seperti bintang yang menjadi penunjuk arah bagi manusia dan penghias langit luas yang gelap gulita. Atau bagaikan angin yang mengisi setiap ruang kosong, membawa kesejukan dan kesegaran, walau kadang bisa berubah menjadi angin badai yang menakutkan. Atau seperti awan yang yang kadang tampil seram menakutkan, dan di lain kali tampil dengan ceria bersahabat menjadi sumber inspirasi. Atau laksana api yang panas membakar tak kenal kompromi, tetapi terkadang  menyala lembut mematangkan masakan, dan menghangatkan tubuh di kala cuaca dingin. Atau bagaikan lautan yang tenang dan dingin terhampar luas membuka hati, menampung apa saja yang dialirkan oleh sungai, tetapi siap mengamuk dengan gelombangnya yang bergulung-gulung. Atau seperti bumi yang kokoh sentosa tak banyak bicara, menghasilkan aneka hasil bumi sumber kehidupan/tetapi tiba-tiba bisa menghadirkan gempa bumi, letusan gunung, atau tanah longsor.
Diantara prinsip kepemimpinan yang paling utama tadi, ketegasan dan kebijaksanaan merupakan prinsip yang paling fundamental. Dari keduanya mengalir berbagai prinsip, sikap, dan sifat kepemimpinan yang dibutuhkan oleh setiap pemimpin. Dan khususnya menghadapi kondisi multidimensi setiap pemimpin hendaknya berpegang pada prinsip dasar yang paling fundamental ini, serta mampu mengaplikasikannya secara berimbang. Ketegasan dan keberanian tanpa dilengkapi kebijaksanaan dan pertimbangan, hanya akan menghasilkan kemenangan sesaat. Sebaliknya kebijaksanaan dan pertimbangan tanpa diimbangi dengan ketegasan dan keberanian, akan membuahkan sikap ragu-ragu dan tidak ada rasa percaya diri. Dan bila dua hal seperti itu menghinggapi diri para pemimpin suatu bangsa, maka masyarakat bangsa yang dipimpinnya, di satu sisi akan menjadi manusia-manusia yang suka berbuat nekad tanpa perhitungan, dan di sisi lain akan menjadi manusia-manusia yang rendah diri dan takut serta ragu menghadapi setiap permasalahan dan tantangan. Yang menjadi sasaran utama adalah mengubah sistem nasional suatu negara dan seluruh aspek kehidupan bangsanya, termasuk menyerang sistem berfikir manusianya, terutama para pemimpin dan tokoh-tokohnya, serta kalangan kaum intelektual dan insan media massanya. Oleh karena itulah, faktor kepemimpinan dalam menghadapi era yang penuh tantangan multidimensi menjadi begitu penting, karena hakikat pemimpin adalah "jiwa" atau "run" bagi masyarakat bangsa yang dipimpinnya.
2.      Peran Kepemimpinan Masa Depan.
Strategi negara luar untuk menghancurkan negara-negara kecil, menembus sistem nasional suatu negara serta sistem berfikir manusia-manusianya, terutama para pemimpin, tokoh, kaum intelektual, dan insan media massa. Oleh karena itu di era yang penuh tantangan dan ancaman dari strategi yang dilancarkan oleh Kekuatan-kekuatan Besar Dunia, kita memerlukan sosok Pemimpin dan Kepemimpinan yang  berkemampuan, tegas,  berani,  bijaksana,  penuh pertimbangan, serta memiliki komitmen yang kuat terhadap masa depan NKRI. Pemimpin dan Kepemimpinan dari tingkat Pusat hingga ke tingkat Daerah paling bawah, haruslah orang-orang yang cerdas, kuat, berwibawa, memiliki leadership yang mantap, memahami manajemen pemerintahan dan pembangunan, bisa dipercaya (bersifat amanah), menjunjung tinggi norma hukum, budaya, dan agama, berakhlaq mulia, komunikatif, akomodatif, dan responsif. Dalam menyikapi situasi dan kondisi yang serba sulit hendaknya ia bisa bersikap luwes, dalam arti tetap memegang semangat idealistik tetapi harus mampu bertindak realistik. Di satu sisi ia harus mampu memanfaatkan situasi dan kondisi multidimensi ini bagi sebesar-besarnya kepentingan nasional kita, dan di sisi lain harus pula mampu menangkal berbagai ancaman maupun ekses yang berpotensi membahayakan kepentingan nasional serta mengancam eksistensi dan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itulah kita membutuhkan Pemimpin yang cerdas dalam arti luas.
a.       Kepemimpinan yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.Cerdas secara intelektual artinya memiliki kemampuan akal dan olah penalaran yang sehat dan rasional, dengan menggunakan instrumen logika akal dalam mengolah fakta empirik, guna menghasilkan kebenaran dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Sedangkan cerdas secara emosional artinya memiliki kemampuan olah rasa, dengan menggunakan instrumen estetika hati nurani, guna mendapatkan keindahan dan kesempurnaan dalam setiap sikap dan tindakannya. Adapun cerdas secara spiritual artinya memiliki kemampuan olah jiwa dalam berkehendak, dengan menggunakan instrumen etika jiwa yang bersih dan suci, guna mendapatkan semangat dan kebaikan dalam melakukan setiap tindakan.
b.      Kepemimpinan yang Kuat dan Berwibawa.Kuat bukan hanya dalam arti fisik dan mental, tetapi juga kuat dalam memegang teguh cita-cita dan tujuan nasional. Juga kuat secara politis, dalam arti memperoleh dukungan politik yang diperlukan untuk bisa menjalankan kepemimpinannya secara wajar. Serta mendapatkan pengakuan dari rakyat, dari kekuatan politik, maupun dari kalangan internasional. Berwibawa sangat erat kaitannya dengan kepribadian dan akhlaq seseorang, sikap dan penampilannya, serta pengalaman dan prestasinya dalam berjuang mengabdikan diri kepada bangsa dan negara. Selain itu terkait pula dengan kecerdasannya secara intelektual, emosional, dan spiritual, serta keluasan jaringan kerjasamanya dalam lingkup nasional/ regional, dan internasional.
c.       Kepemimpinan yang Berkemampuan Memimpin. Berkemampuan memimpin artinya memiliki jiwa dan pembawaan kepemimpinan yang kuat. la menguasai seni dan ilmu kepemimpinan, baik atas dasar bakat pembawaan maupun atas dasar pengalaman dan proses pembelajaran yang dilakukannya. la disegani oleh kawan, ditakuti oleh lawan, dan dicintai oleh masyarakat yang dipimpinnya. Dengan kepemimpinan yang kuat, ia akan lebih mudah mengajak, mengarahkan, dan menggerakkan rakyatnya untuk melakukan sesuatu walaupun mungkin terasa pahit, bagi tercapainya dta-dta dan tujuan nasional bangsa ini.
d.      Kepemimpinan yang Berkemampuan Manajerial.Kemampuan manajerial adalah kemampuan merencanakan, menyiapkan, mengatur, mengarahkan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan melakukan penyempurnaan. Seorang Pemimpin hendaknya benar-benar   menguasai   Manajemen   Pemerintahan   dan   Manajemen Pembangunan. Tanpa penguasaan hi, ia akan sangat tergantung kepada para pembantunya dalam setiap menetapkan kebijakan dan mengambil keputusan. Atau cenderung melempar tanggungjawab kepada para pembantunya manakala timbul suatu permasalahan.
e.       Kepemimpinan yang Terpercaya Mengemban Amanah Kepemimpinannya.Memimpin sebuah negara atau wilayah tertentu atau institusi tertentu, pada hakikatnya adalah mengemban amanah (kepercayaan). Oleh karena itu, seorang Pemimpin hendaknya senantiasa konsekuen dan konsisten dalam menjalankan kepercayaan yang diamanahkan kepadanya. Jangan sampai ia berkhianat dengan menyalahgunakan kewenangannya atau cenderung berbuat sewenang-wenang. Ingatlah kultur dasar masyarakat kita yang cenderung selalu patuh dan taat kepada Pemimpinnya, tetapi jika dikhianati mereka akan dengan cepat berbalik menjadi melawan dan beringas menjurus ke perbuatan anarkis.
f.       Kepemimpinan yang Memahami, Mencintai, dan Peduli kepada Bangsa dan NKRI.Pemimpin hendaknya benar-benar memahami, menghayati, mencintai, serta peduli kepada bangsa dan negara yang amat kompleks dan plural ini, berikut segala kelebihan dan kekurangannya, keunggulan dan kelemahannya, dengan sesempurna-sempurnanya dan setotal-totalnya. Sebagai pemimpin sebuah bangsa pejuang, ia harus memiliki jiwa dan semangat perjuangan. la harus memahami benar sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pengorbanan yang telah diberikan oleh para pahlawan kita, gigihnya perjuangan dan pengabdian para pendahulu kita, sehingga dalam mengambil keputusan strategik tidak mudah bertindak gegabah. Di sisi lain, iapun akan lebih mudah mengajak dan membawa rakyatnya untuk mencintai dan peduli kepada masa depan bangsa dan negara ini, serta bersama-sama berjuang mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya.
g.      Kepemimpinan yang menjunjung tinggi norma hukum, norma budaya dan norma agama.Dalam suatu masyarakat bangsa yang sedang dilanda krisis akhlaq, maka upaya untuk meluruskannya harus dilakukan melalui tiga jalur secara silmultan : jalur hukum, jalur budaya, dan jalur agama. Oleh karena itu, seorang Pemimpin pertama-tama harus menjunjung tinggi ketiga jalur tersebut. Bukan hanya menjunjung tinggi sekedar dalam arti memberikan apresiasi, tetapi juga menerapkan secara konsekuen ketiga jalur itu dalam kehidupan pribadinya selaku Pemimpin. Serta berusaha menerapkannya dalam bentuk kebijakan politik. Termasuk kebijakan dalam menghadapi tindak korupsi, kolusi, manipulasi, mark up, nepotisme, pungli, suap, penyelundupan, pencurian ikan, pembabatan hutan, penyimpangan pajak, perdagangan dan penyalahgunaan narkoba, pemakaian miras, perdagangan wanita dan anak-anak, perjudian, komersialisasi seks, serta pertunjukan pornografi dan pornoaksi maupun keterbukaan perilaku seksual dan erotisme yang digelar dan ditayangkan di media massa. Dengan demikian, rakyat akan lebih mudah diajak untuk mengormati serta mematuhi norma hukum, budaya, dan agama.
h.      Kepemimpinan yang berbudi pekerti luhur dan berakhlaq mulia.Memimpin suatu masyarakat bangsa yang sedang mengalami krisis akhlaq dan budi pekerti, harus disikapi dengan upaya membersihkan mereka dari akhlaq yang tercela, kemudian mengisinya dengan akhlaq yang terpuji. Dan itu baru efektif jika Sang Pemimpin terlebih dulu terbebas dari segala macam akhlaq dan perilaku yang tercela, dan tampil dengan akhlaq dan perilaku yang terpuji. Dengan demikian segala instrumen aturan yang mengarah ke sana akan lebih dipatuhi dan ditaati oleh rakyatnya.
i.        Kepemimpinan yang komunikatif, empatif, aspiratif, akomodatif, dan responsif.Di era saat ini, diperlukan Pemimpin yang lebih terbuka, lebih komunikatif dengan rakyatnya, mempunyai sikap tenggang rasa (empatif) atas kesulitan yang dihadapi masyarakatnya, mau menampung dan mempertimbangkan aspirasi mereka menurut sistem dan prosedur yang berlaku, serta senantiasa peka dan tanggap terhadap berbagai peristiwa maupun gelagat kejadian yang datang setiap waktu.
j.        Kepemimpinan yang tegas dan bijaksana.Menghadapi berbagai ragam permasalahan dan tantangan serta ancaman di era saat ini, dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang mampu bersikap tegas dan berani bertindak secara proporsional, dalam arti selalu diselaraskan, diserasikan, dan diseimbangkan dengan sikap bijaksana yang penuh dengan pertimbangan dari berbagai aspek. Jika hanya sekedar berani dan tegas tanpa pertimbangan dan kebijaksanaan, maka yang terjadi adalah kemenangan sesaat. Sedangkan jika hanya sekedar bijaksana dan banyak pertimbangan tanpa disertai oleh sikap berani dan tegas/maka yang terjadi adalah sikap ragu-ragu dan rendah diri serta tiadanya rasa percaya diri, yang akan membawa kepada kekalahan sistematik berkepanjangan, menjadi sasaran empuk yang dilancarkan oleh Kekuatan-kekuatan Besar Dunia. Termasuk dalam pengertian ini adalah ketegasan dan kebijaksanaannya dalam menangani masalah korupsi, kolusi, manipulasi, mark up, nepotisme, pungli, suap, penyelundupan, pencurian ikan, pembabatan hutan, penyimpangan pajak, perdagangan dan penyalahgunaan narkoba, pemakaian miras, perdagangan wanita dan anak-anak, perjudian, komersialisasi seks, serta pertunjukan pornografi dan pornoaksi maupun keterbukaan perilaku seksual dan erotisme yang digelar dan ditayangkan di media massa.


No comments:

Post a Comment